
Kerajaan Medhang atau Kerajaan Mataram Kuno memiliki hal-hal yang menarik untuk dikaji. Selain adanya peninggalan bendawi berupa candi-candi Hindu-Buddha, warisan dari kerajaan ini merentang mulai dari kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan, hingga paradigma dan nilai-nilai yang sama dengan yang ada di abad ke-21. Seperti disampaikan pegiat Medhang Heritage Society dr. Budiono Santoso Setradjaja, Ph.D. dalam Kajian Islam, Ilmu Pengetahuan, dan Peradaban (KITAAB) ICMI Orda Sleman, Sabtu (26/3) lalu, ada miskonsepsi sistematis bahwa semua kemajuan itu dicapai dengan bantuan jin dan sihir mistik; hal yang menurutnya tidak betul.
Dalam KITAAB berjudul “Paradigma Modern Teknologi & Sains, Tata Sosial, dan Pemerintahan di Era Medhang” itu, beliau memaparkan sejarah dan kemajuan peradaban yang dimiliki kerajaan yang berpusat di Jawa bagian tengah dan timur ini. Berbagai macam bidang yang berkembang menunjukkan bahwa kemajuan yang dicapai didasarkan pada konsep-konsep ilmiah. Beliau juga mengusulkan adanya pengkajian multidisipliner mengenai warisan yang ditinggalkan kerajaan ini.
Kerajaan Medhang, menurutnya, memiliki visi yang jauh ke depan karena 70 tahun sejak berdirinya kerajaan memutuskan membangun arsitektur kolosal yang bisa bertahan ribuan tahun. Candi Borobudur (Bhumi Sambhara Buddhara), misalnya, adalah bukti loncatan kemajuan teknologi arsitektur dengan memanfaatkan susunan bilangan biner serta konsistensi kebijakan lintas generasi. Contoh lainnya adalah Candi Prambanan (Siwagrha), yang dibangun pasa masa pemerintahan Raka i Pikatan. Walau demikian bangunan-bangunan besar tidak dilanjutkan setelah kerajaan Medhang berpindah ke timur Jawa.
Selama masa jayanya pada abad ke-8 hingga ke-11, Kerajaan Medhang berkembang sangat pesat. Dari sisi teknologi, Kerajaan Medhang mampu mengandalkan perahu cadik (seperti yang dapat dilihat di relief Candi Borobudur) untuk menjelajah hingga Asia Tenggara dan Pasifik serta berdagang. Dari sisi perdagangan, sistem Pancawara (Pon-Wage-Kliwon-Legi-Pahing) digunakan dalam suplai logistik dan jejaring pasar untuk meratakan kesejahteraan penduduk, yang hingga kini masih digunakan.
Kerajaan ini juga memiliki sistem pemerintahan yang unik dan sebagiannya kini marak dipraktikkan. Sistem pemerintahan yang terdesentralisasi dengan munculnya daerah perdikan dan nilai-nilai kepemimpinan dalam Hasta Brata menjadi contohnya. Selain itu, kepemimpinan yang tidak otoriter dan keterlibatan perempuan dalam penyusunan kebijakan juga menjadi sorotan. (Rama SP)
Silakan berlangganan YouTube ICMI Sleman untuk mendapatkan rekaman KITAAB terbaru, dan lihat daftar diskusi KITAAB terdahulu di sini.