Setelah libur beberapa pekan pasca-Lebaran, Kajian Islam, Ilmu Pengetahuan, dan Peradaban (KITAAB) yang diinisiasi Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia Organisasi Daerah Sleman (ICMI Orda Sleman) kembali diselenggarakan pada Sabtu (18/6). Pada kesempatan ini, KITAAB membahas topik “Diplomasi China di Dunia Islam”, sebuah tema yang sudah tidak mengherankan mengingat gencarnya negeri tirai bambu tersebut membangun hubungan dengan banyak negara, termasuk negara-negara Dunia Islam. Sebagai pengisi adalah Prof. Dr. Bambang Cipto, M.A., pakar hubungan internasional yang juga merupakan Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2012-2016.

Dalam pemaparannya, Prof. Bambang mengungkapkan bahwa hubungan China dengan komunitas Islam sudah terjalin sejak sangat lama. Pada masa khalifah Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu, beliau pernah meminta Saad bin Waqqash, paman Nabi Muhammad dari pihak ibu, untuk melakukan muhibah ke China. Di sana beliau diterima dengan baik oleh Dinasti Tang, bahkan diminta membuat sebuah masjid di Guangzhou – yang merupakan masjid pertama yang dibangun di China.

Meloncat ke masa kini, di bawah kepemimpinan Xi Jinping yg terpilih sebagai presiden di tahun 2013, China memiliki kebijakan Jalur Sutera baru, yang berkembang menjadi One Belt One Road (OBOR) yang mulai digulirkan bulan September di Kazakhstan. Tahun 2016 program ini berubah menjadi Belt and Road Initiative (BRI). Menurutnya, OBOR/BRI merupakan “satu hal yang kebetulan sejak awal nampaknya mengarahkan pandangan ke negara-negara Islam”, mengingat Jalur Sutera juga melewati wilayah-wilayah dengan mayoritas Muslim.

BRI merupakan program pembangunan infrastruktur global yang dibantu oleh China untuk menandingi Amerika Serikat (AS) yang saat itu mulai surut karena krisis keuangan tahun 2008. Dunia Islam jadi salah satu target utama BRI karena merupakan pemasok minyak dan gas (migas) global. Turunnya harga minyak pada tahun 2015, ditambah turunnya permintaan dari AS akibat pengembangan sheal oil membuat negara-negara penghasil migas di Timur Tengah mulai “menengok ke timur” – hal yang disambut oleh China.

Prof. Bambang juga memaparkan berbagai proyek infrastruktur yang dibantu China di berbagai negara Muslim. Sebagai contoh ialah pembangunan kilang minyak di Arab Saudi, infrastruktur 5G di Uni Emirat Arab, kawasan industri di Oman, hingga pipa gas di Pakistan. Proyek kereta cepat di Turki dan Indonesia juga tak luput mendapat bantuan dari China.

Sebagai penutup, Prof. Bambang menuturkan bahwa China bisa mengubah kebijakan kooperasi menjadi kooptasi. China mau membantu negara-negara Timur Tengah dengan imbalan agar mereka tidak mengkritik kasus-kasus di Xinjiang. Selain itu beliau menilai bahwa, berbeda dengan China, Dunia Islam bisa membangun banyak proyek besar namun belum mampu melawan Barat. (Rama SP)

https://www.youtube.com/watch?v=3O6NJTUnTc8

Silakan berlangganan YouTube ICMI Sleman untuk mendapatkan rekaman KITAAB terbaru, dan lihat daftar diskusi KITAAB terdahulu di sini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *